Berikut ini beberapa pengaruh dari Ranking
·
Ranking identik dengan pemberian Label
Pemberian label pada anak merupakan salah satu hal yang perlu dihindari dalam mendidik anak (baca postingan sebelumnya) karena pelabelan ini anak yang mendapatkan label ‘juara’ bisa jadi menjadi sombong atau overconvidence dan yang tidak mendapatkan rangking akan menjadi rendah diri atau minder
Pemberian label pada anak merupakan salah satu hal yang perlu dihindari dalam mendidik anak (baca postingan sebelumnya) karena pelabelan ini anak yang mendapatkan label ‘juara’ bisa jadi menjadi sombong atau overconvidence dan yang tidak mendapatkan rangking akan menjadi rendah diri atau minder
·
Ranking dilakukan hanya untuk menonjolkan prestasi
akademik
Nilai-nilai yang tertera pada raport biasanya hanya
menunjukkan nilai prestasi akademik dari siswa, tanpa memperhatikan prestasi
dan potensi lainnya, misalnya seorang anak yang di kelas biasa-biasa saja tapi
menonjol dalam prestasi olahraga akan terlepas dari penilaian dan pemberian
ranking ini, lalu biasanya anak ini dianggap tidak berprestasi…menyedihkan
sekali.
·
Pemberian ranking hanya berdasarkan data kualitatif
Ranking biasanya
dibuat hanya berdasar data-data yang tertulis di rapot terlepas apakah data
tersebut objectif atau tidak, maksud saya objectif apa tidak adalah apakah guru
memberikan nilai secara benar atau berdasarkan subjectifitas tertentu..apakah
angka-angka itu diperoleh dengan benar-benar pemahaman siswa atau hasil
menyontek?
·
Ranking bisa memacu berbuat curang
Dengan
adanya ranking ngga jarang orangtua yang memacu anaknya untuk mendapatkan juara
di sekolah, sehingga nggak jarang anak berbuat curang dalam mendapatkan nilai,
karena harus menuruti orang tua, misalnya menyontek atau minta bantuan teman
·
Anak bisa stress dan malas
Target untuk
mendapatkan ranking dari orangtua dan guru seringkali membuat anak menjadi
stress dan tertekan, kalo sudah demikian maka anak akan malas belajar sehingga
bukan hasil yang maksimal yang diperoleh tapi malah semakin memperburuk
hasil
Sistem
ranking di kelas tidak hanya menjadikan para pelajar yang “masuk ranking”
tumbuh menjadi manusia yang merasa dirinya pintar, egois, dan tidak bisa
menerima kritik, kata Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil.
Akibat
sistem ranking di kelas sekolah-sekolah Indonesia itu, para siswa berkemampuan
biasa merasakan dirinya “loser” (pecundang) dan kondisi psikologis tersebut
meruntuhkan rasa percaya diri yang sangat penting, katanya.
Produk
sistem pendidikan nasional yang menghasilkan anak-anak pintar namun tidak bisa
menerima kritik itu telah dirasakan dampaknya oleh sejumlah lembaga pemerintah
dan non-pemerintah.
Sebagai
contoh, Sofyan Djalil menyebut pengakuan sejumlah diplomat senior Departemen
Luar Negeri RI tentang karakter sejumlah diplomat muda yang sekalipun pintar
namun “sangat egois” dan “tidak bisa dikritik”
dan berikut
ini suatu pernyataan yang bisa menggelitik telinga:
Einstein
sendiri suatu hari pernah ditanya “Tahukah Anda berapa kecepatan cahaya?”
Einstein menjawab “Anda cari saja di buku, mohon maaf saya tidak pernah menggunakan otak saya untuk hal-hal yang bisa Anda cari dibuku. Saya lebih suka menggunakan otak saya untuk meniptakan dan berpikir
Einstein menjawab “Anda cari saja di buku, mohon maaf saya tidak pernah menggunakan otak saya untuk hal-hal yang bisa Anda cari dibuku. Saya lebih suka menggunakan otak saya untuk meniptakan dan berpikir
Referensi:
Penyelesaian Persegi ajaib 3 x 3
Soal Kompetisi Matematika
Soal Kompetisi Matematika PASIAD
11 Penyakit yang Perlu dihindari Guru
Pendidikan yang Otoriter
0 komentar:
Posting Komentar