Ardhi Nurrahman · Sabtu, 25 Jun 2011. Kita mungkin bisa sepakat apabila mengatakan guru adalah pemimpin dalam kelas. Guru lah yang akan menentukan apa yang akan dipelajari oleh murid dan bagaimana ia akan berkembang. Guru sendiri harus tunduk kepada sistem pendidikan yang diatur oleh Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Sebuah sistem yang berganti hampir tiap 5 tahun sekali. Bisa dikatakan, kala Presisden diganti, maka sistem pendidikan pun akan berganti.
Murid, yang notabene berada di bawah piramida ini menjadi korban atas ketidak-konsistenan sistem. Sistem yang diatas kertas memiliki tujuan yang baik dan secara kasat mata ideal, tidak dapat teraplikasikan dengan benar saat turun ke sekolah masing-masing. Kurangnya sosialisasi dan tidak adanya waktu untuk beradaptasi menjadi sebuah alasan mengapa sistem yang baru tidak efektif dan efisien.
Hal ini masih ditambahkan dengan berbagai masalah yang melibatkan guru sebagai pengajar, mungkin juga pendidik. Kesejahteraan menjadi isu utama kala kita mendengar kata guru disebut. Telah menjadi rahasia umum bahwa gaji yang diterima guru seringkali bertolak belakang dengan lamanya mengajar. Tidak adanya kejelasan status menjadi salah satu isu yang lain.
Bagaimana seorang guru akan mengajar dengan baik dan tenang apabila urusan dapur masih belum stabil. Bukankah Maslow mengatakan ada yang namanya Hierarki Kebutuhan? Apabila seseorang belum bisa memenuhi kebutuhannya, dia tidak akan berkembang. Dalam hal ini, kebutuhan dasar dari Maslow adalah kebutuhan fisik. Makanan, minuman, tempat tinggal adalah kebutuhan dasar setiap manusia.
Dengan kondisi yang seperti itu, wajar bila seorang guru tidak bisa mengajar dengan maksimal. Walau pun ada beberapa profil guru yang tetap mengajar sukarela tanpa dibayar. Mengajar adalah sebuah pengabdian, tapi abdi tetap butuh makan dan punya keluarga yang harus dihidupi.
Hal ini, berdampak pada murid yang ada di dasar sistem pendidikan. Ketidakmaksimalan guru mengajar menyebabkan potensi murid tidak berkembang maksimal. Memang bukan salah guru sepenuhnya apabila seorang murid tidak mampu mengembangkan potensi mereka. Namun guru ikut bertanggung jawab apabila seorang murid gagal mengembangkan potensinya. Inilah yang menyebabkan murid-murid sekarang menjadi teraniaya. Teraniaya oleh sistem. Teraniaya oleh pengajar. Dan teraniaya oleh tuntutan jaman. Semoga, ke depan ada kumpulan guru yang memutus penganiayaan ini dan menjadi pendidik-pendidik generasi bangsa.
Referensi:
http://www.psikologizone.com
Artikel lain yang bisa anda baca:
11 Penyakit yang Perlu dihindari Guru
Pendidikan yang Otoriter
Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia
Pengakuan Para Saintis mengenai Al Quran
Menara Eiffel seberat 1 kg
Ciptakan Suasana Belajar yang Menyenangkan
Sejarah Ampere
Sejarah Matematika
0 komentar:
Posting Komentar