Pembelajaran Matematika

Pembelajaran Matematika

Senin, 05 September 2011

Abu Abdallah Muhammad ibn Ibrahim al-Farazi


Biografi Singkat Al Farazi
Abu Abdallah Muhammad ibn Ibrahim al-Farazi (796-806) adalah seorang filsuf muslim, matematikawan, dan astronom.Beliau lahir di tengah keluarga ilmuwan. Ayah beliau, Ibrahim al Fazari, juga seorang astronomer dan matematikawan. Beberapa sumber mengatakan bahwa dilihat dari nama, beliau berasal dari Arab tapi mempelajari ilmu di Persia dan sumber yang lain mengatakan bahwa beliau adalah seorang Persia. Al Farazi menetap serta berkarya di Baghdad, Irak, ibu kota kekhalifahan Abbasiyah.

Sumbangsih Al Farazi
Al Farazi adalah salah satu astronom paling awal di dunia Islam. Beliau memegang peran penting dalam kemajuan ilmu astronomi di masa Abbasiyah. Al Fazari menerjemahkan beberapa literatur asing ke dalam bahasa Arab dan Persia. Bersama dengan beberapa cendekiawan lain, seperti Naubakht, Masha'Alhah, dan Umar ibnu al-Farrukhan al-Tabari, beliau meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan di dunia Islam. Dinasti Abbasiyah yang berkuasa saat itu memberikan peluang dan dukungan yang sangat besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan apalagi dalam bidang astronomi. Khalifah al-Mansyur adalah penguasa Abbasiyah pertama yang memberi perhatian serius dalam pengkajian astronomi dan astrologi. Beliau tidak segan untuk mengeluarkan dana besar untuk memulai pengembangan ilmu ini.

Khalifah mengumpulkan dan mendorong cendekiawan muslim untuk menerjemahkan beragam literatur yang berasal dari Yunani, Romawi Kuno, India, hingga Persia. Sang khalifah menunjuk seorang ahli astronomi yang bernama Naubahkh untuk memimpin upaya itu. Khalifah meulis surat pada kaisar Bizantium agar mengirimkan buku-buku ilmiah untuk diterjemahkan, termasuk buku-buku tentang ilmu astronomi. Secara khusus, sang khalifah meminta al Fazari untuk menerjemahkan sebuah buku tentang astronomi dari India yang berjudul Sindhind, tylisan Brahmaghupta. Buku tersebut dibawa oleh seorang pengembara dan ahli astronomi India bernama Mauka ke Baghdad dan segera menarik perhatian kaum cendekia di sana. Al Fazari menunaikan tugas dengan baik.
Al Fazari, ungkap Ehsan Masood dalam bukunya "Ilmuwan Muslim Pelopor Hebat di Bidang Sains Modern", saat itu telah menguasai astronomi sehingga di bawah arahan khalifah langsung beliau mampu menerjemahkan dan menyadur teks astronomi India kuno yang sangat teknis tersebut. Kemudia beliau memberi judul Zij al Sinin al Arab (Tabel Astronomi Berdasarkan Penanggalan Bangsa Arab) pada karya terjemahannya tersebut.
Ilmuwan terkemuka bernama Yaqub ibnu Tariq juga turut membantu dalam proyek pengalihan bahasa tersebut. Menurut Ehsan Masood, penerjemahan Sindhind sangat berharga. Bukan hanya karena wawasan astronominya tapi juga sistem penomoran India yang ada di dalamnya. Hasil kerja Al Farazi melalui penerjemahan mengenalkan sistem penomoran tersebut ke dunia Arab.
Tugas yang diawali Al Farazi pada masa selanjutnya disempurnakan oleh al Khawarizmi. Al Farazi menyusun zij atau tabel indeks kalkulasi posisi benda-benda langit. Perhitungan dilakukan dengan mengkombinasikan penanggalan India, Kalpa Aharganas dengan perhitungan tahun Hijriah Arab. Selain itu, karya al Farazi mencantumkan daftar negara-negara di dunia dan dimensinya berdasarkan perhitungan tabel.
Pada masa Khalifah Harun Al Rasyid, Al Farazi membuat astrolab planisferis pertama yaitu mesin hitung analog pertama, sebagai alat bantu astronomi menghitung waktu terbit dan tenggelam serta titik kulminasi matahari dan bintang serta benda langit lainnya pada waktu tertentu. Astrolab menjadi instrumen paling penting yang pernah dibuat. Dengan desain akurat, astrolab menjadi instrumen penentu posisi pada abad pertengahan. Astrolab merupakan model alam semesta yang bisa digenggam sekaligus jam matahari untuk mengukur tinggi dan jarak bintang. Chaucer dalam Treatise in the Astrolabe menyatakan bahwa Astrolab kemudian menjadi alat navigasi utama. hanya dalam beberapa bulan setelah ditemukan Astrolab oleh Al Farazi, kemajuan astronomi melejit cepat. Astrolab memainkan peranan penting dalam pencapaian bidang astronomi oleh umat Muslim hingga masa-masa berikutnya. Seorang astronom bernama al Sufi berhasil memanfaatkannya dengan baik.
Al Sufi mampu memetakan sekitar seribu kegunaan Astrolab dalam berbagai bidang yang berbeda seperti astronomi, astrologi, navigasi, survei, penentuan arah kiblat, waktu shalat, dan penunjuk waktu. Karya Al Farazi lain berupa syair dengan judul "Qasida fi Ilm al-Nujum" (Puisi tentang Ilmu Pengetahuan dan Perbintangan). Pada abad ke-13, karya ini ditemukan kembali oleh penjelajah dan ahli geografi Muslim bernama Yaqut al-Hamawi dan al-Safadi.
Gairah dan kemauan para sarjana Muslim belajar dari tradisi ilmu lain serta dukungan penuh dari pemerintahan menjadi kunci keberhasilan dalam memajukan ilmu pengetahuan di dunia Islam.


Referensi :http://muslims-figure.blogspot.com/2011/01/al-farazi.html

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More